Cara belajar bahasa Indonesia yang super unik menentukan prestasi peserta didik di bidang penguasaan bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia telah diajarkan mulai dari tingkatan dasar hingga perguruan tinggi. Porsi jam untuk mapel Bahasa Indonesia juga tergolong lebih banyak dari mata pelajaran lain. Alokasi waktu mata pelajaran ini juga hampir selalu sama dengan Matematika di setiap jenjang pendidikan. Tentu hal ini bukan tanpa alasan, karena antara matematika dan bahasa memiliki ikatan yang sangat kuat. Anak anak yang pintar matematika biasanya menonjol dalam berbahasa, tetapi orang yang pandai berbahasa belum tentu hebat dengan masalah matematika. Kalau kita mau belajar sejarah perjuangan bangsa, kita pun akan menemukan betapa penting peran bahasa ini. Bagaimana kiprah Drs.Mohammad hatta dalam konferensi meja bundar di den haag, Belanda.
Beliau begitu hebat dalam menyampaikan argumen hingga masyarakat dunia lebih memihak Indonesia daripada Belanda. Mungkin saja kita akan kalah lewat jalur diplomasi kalau para tokoh yang mewakili di konferensi itu tidak pandai berargumen secara mengagumkan. Lalu apa hubungan masalah ini dengan cara belajar Bahasa Indonesia? Tahukah kita bahwa manusia akan lebih mudah termotivasi bertindak ketika sisi emosinya telah tersentuh. Rakyat indonesia, termasuk yang kini masih duduk di bangku sekolah pasti punya rasa bangga kepada Pak hatta, mereka akan kagum dengan semangat beliau ketika berjuang lewat jalur diplomasi. Bukankah bila hal ini telah terjadi, seorang guru bisa dengan kreatif mengubahnya menjadi strategi belajar yang tepat?
Misal guru bahasa indonesia sedang mengajarkan materi mengenai masalah argumentasi, tentu dengan menceritakan perjuangan pak hatta, anak anak akan lebih fokus belajar daripada langsung memberikan pengertian argumentasi, contoh karangan argumentasi, dan sebagainya. Sebab saat seorang guru bercerita tentang pak hatta dalam konferensi meja bundar, semangat anak terbangkitkan, energi positif mengalir, dan otak akan dengan mudah mengaitkan satu masalah berbeda untuk disatukan ke dalam dirinya. Ia jadi tergerak untuk menguasai masalah argumentasi agar bisa hebat seperti pak hatta. Ia takut kalau lemah dalam berargumen maka akan mudah dikalahkan dan ditipu oleh orang lain. Semangat dan energi seperti ini jauh lebih menguntungkan, karena ia timbul bukan atas perintah orang lain tetapi murni lahir atas inisiatifnya sendiri. Sudahkah hal ini kita lakukan? Salam
Beliau begitu hebat dalam menyampaikan argumen hingga masyarakat dunia lebih memihak Indonesia daripada Belanda. Mungkin saja kita akan kalah lewat jalur diplomasi kalau para tokoh yang mewakili di konferensi itu tidak pandai berargumen secara mengagumkan. Lalu apa hubungan masalah ini dengan cara belajar Bahasa Indonesia? Tahukah kita bahwa manusia akan lebih mudah termotivasi bertindak ketika sisi emosinya telah tersentuh. Rakyat indonesia, termasuk yang kini masih duduk di bangku sekolah pasti punya rasa bangga kepada Pak hatta, mereka akan kagum dengan semangat beliau ketika berjuang lewat jalur diplomasi. Bukankah bila hal ini telah terjadi, seorang guru bisa dengan kreatif mengubahnya menjadi strategi belajar yang tepat?
Misal guru bahasa indonesia sedang mengajarkan materi mengenai masalah argumentasi, tentu dengan menceritakan perjuangan pak hatta, anak anak akan lebih fokus belajar daripada langsung memberikan pengertian argumentasi, contoh karangan argumentasi, dan sebagainya. Sebab saat seorang guru bercerita tentang pak hatta dalam konferensi meja bundar, semangat anak terbangkitkan, energi positif mengalir, dan otak akan dengan mudah mengaitkan satu masalah berbeda untuk disatukan ke dalam dirinya. Ia jadi tergerak untuk menguasai masalah argumentasi agar bisa hebat seperti pak hatta. Ia takut kalau lemah dalam berargumen maka akan mudah dikalahkan dan ditipu oleh orang lain. Semangat dan energi seperti ini jauh lebih menguntungkan, karena ia timbul bukan atas perintah orang lain tetapi murni lahir atas inisiatifnya sendiri. Sudahkah hal ini kita lakukan? Salam